Konsistensi Menjadi Catatan, Drama Jadwal Wisuda ULM Kembali Terjadi

Perubahan mendadak terkait pelaksanaan Wisuda ke-123 Universitas Lambung Mangkurat (ULM) kembali menimbulkan pertanyaan di kalangan mahasiswa. Setelah sempat tertunda akibat proses reakreditasi, pihak kampus menetapkan perubahan kuota calon wisudawan. Akibatnya, mahasiswa yang sebelumnya telah diverifikasi sebagai peserta Wisuda ke-123 yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu (21/5), dialihkan ke Wisuda ke-124 yang akan dilaksanakan pada hari berikutnya, Kamis (22/5).

Berdasarkan informasi awal yang diterima mahasiswa, kuota peserta untuk Wisuda ke-123 ULM ditetapkan sebanyak 1.250 orang. Mahasiswa yang telah mendaftar dan memperoleh nomor urut dalam batas kuota tersebut pun telah mempersiapkan diri untuk mengikuti pelaksanaan wisuda. Tetapi, sehari kemudian, terjadi perubahan informasi terkait kuota wisuda. Jumlah peserta dibatasi menjadi sekitar 1.000 orang, sehingga ratusan mahasiswa yang sebelumnya masuk dalam kuota Wisuda ke-123 terpaksa dialihkan ke kuota wisuda berikutnya.

Mariya Ulfah, Mahasiswa Administrasi Publik 2021, menjadi salah satu yang terdampak. Ia mengaku sebelumnya memiliki nomor urut 1.082 dan telah diverifikasi untuk mengikuti Wisuda ke-123. Tetapi, keesokan harinya, namanya justru tercantum dalam daftar peserta Wisuda ke-124. Menurutnya, hal ini menimbulkan ketidakpastian. “Perubahan kuota pun disampaikan secara mendadak tanpa alasan yang jelas,” ujarnya kepada Tim LPM INTR-O, Jumat (16/5).

Tak hanya kali ini, tahun lalu pelaksanaan wisuda yang dijadwalkan pada Kamis (27/6/2024) juga diundur menjadi Rabu (3/7/2024) dengan alasan kuota wisuda belum terpenuhi. Wisuda merupakan momentum yang telah lama dinanti, sehingga perubahan mendadak seperti ini dinilai menimbulkan kerugian, baik secara psikologis maupun finansial. “Akibat perubahan yang terjadi secara mendadak, saya harus mengatur ulang jadwal untuk beberapa hal yang sudah saya booking, dan kemungkinan besar akan ada biaya tambahan lagi,” imbuh Mariya.

Keluhan lain muncul terkait minimnya informasi dan kurangnya transparansi dari pihak kampus. Munyati Azizah, Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2020, mengaku bahwa informasi mengenai pendaftaran wisuda tidak tersebar secara merata dan terkesan mendadak sejak awal. “Informasi pendaftaran wisuda tidak tersebar dengan cepat, khususnya di FISIP. Bahkan, informasi yang saya dapat lebih dulu berasal dari mahasiswa FEB ULM, sedangkan untuk program studi saya baru diumumkan sehari sebelum pendaftaran,” ungkapnya dalam wawancara daring, Minggu (18/5).

Dilema yang dihadapi para calon wisudawan turut menjadi perhatian mahasiswa ULM lainnya. Ayu Lestari, Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2023, menyayangkan kebijakan pihak kampus yang sering tidak konsisten. Menurutnya, hal seperti ini seharusnya dapat diatasi dengan persiapan yang lebih sistematis. “Meskipun bagi beberapa orang perubahan itu merupakan hal kecil, tetap perlu dipertanyakan. Seharusnya, perencanaan kebijakan dilakukan secara terencana dan tertata dengan baik agar permasalahan serupa tidak terulang, bukan hanya pada wisuda, tetapi juga pada acara sakral lain yang diselenggarakan oleh pihak universitas,” tegasnya dalam wawancara langsung, Minggu (18/5).

Menanggapi keluhan dari calon wisudawan yang terdampak kebijakan tersebut, pihak universitas memberikan klarifikasi terkait pengurangan jumlah kuota wisuda. Nieke Rezeki Febriantie, Kepala Biro (Kabiro) Akademik dan Kemahasiswaan ULM, menjelaskan bahwa jumlah kuota wisuda tidak selalu tetap sebanyak 1.250 peserta pada setiap pelaksanaan wisuda.

“Terkait kuota, pihak universitas perlu melihat komposisi peserta yang mendaftar untuk Wisuda ke-123 dan Wisuda ke-124. Sejak Kamis, total peserta kedua wisuda tersebut mencapai 1.900 orang,” paparnya dalam wawancara daring, Jumat (16/5).

Nieke menekankan bahwa langkah tersebut diambil oleh pihak universitas sebagai alternatif untuk menjaga keseimbangan jumlah peserta. Ia juga menambahkan bahwa hal ini merupakan arahan dari pimpinan untuk mengatur kuota Wisuda ke-123 sebanyak 1.000 peserta dan Wisuda ke-124 sebanyak 900 peserta.

Keputusan mengenai perubahan jumlah kuota peserta wisuda ini juga menimbulkan harapan agar ke depannya pihak universitas dapat lebih bijak dalam menentukan kuota peserta dan menghindari perubahan mendadak tanpa transparansi yang jelas dari jauh hari. Mariya, sebagai calon wisudawan, berharap kebijakan tersebut dapat mempertimbangkan sudut pandang mahasiswa dan agar pihak universitas bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambil. “Semoga ke depannya pihak universitas bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan agar tidak ada pihak yang dirugikan,” tutupnya.

(KYE, MAL)