Merangkai Kisah di Kota Seribu Sungai melalui PMM Batch 4 di ULM

Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Batch 4 di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah resmi berakhir pada Juni lalu. PMM Batch 4 membuka peluang mahasiswa antarpulau untuk belajar di ULM selama satu semester. Selain hasil perkuliahan reguler yang dapat dikonversi hingga 20 SKS, mahasiswa juga dapat mengenal dan meresapi pelajaran berharga dari budaya lokal melalui Modul Nusantara.

Siang itu, senyum hangat terulas di wajah Oddysey Nanlohy saat berbincang dengan Tim LPM INTR-O, Jumat (21/6). Mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 4 yang kerap disapa Ody ini menempuh perjalanan jauh dari Universitas Bina Sarana Informatika (BSI), Jawa Barat. Rasa penasarannya akan Tanah Kalimantan dan rasa haus akan ilmu menginspirasi Ody untuk yakin mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Batch 4 dan menjadikan ULM sebagai primadonanya.

Mendobrak Stereotip Tanah Kalimantan

Sejak lama, Ody telah menaruh perhatian pada ULM. Menurutnya, universitas terbesar di Kalimantan Selatan ini menawarkan pengalaman akademik yang mengkolaborasikan Ilmu Komunikasi dengan lahan basah. Di samping itu, ia juga antusias untuk menimba ilmu di luar peminatannya di kampus asal, yaitu Digital Public Relations. “Aku tertarik dengan mata kuliah Komunikasi Lingkungan dan Kearifan Lokal pada Lahan Basah dan Komunikasi Bencana Lahan Basah. Menurutku, mata kuliah itu belum tersedia di kampus lain,” jelasnya dengan antusias.

Berbagai stereotip di telinganya bahwa Kalimantan sekadar hutan dan kurang terjamah modernisasi pun lantas runtuh ketika Ody menjejakkan kaki di Kota Seribu Sungai. “Ternyata, Banjarmasin lebih maju daripada daerah asalku, Depok. Transportasi umumnya selalu produktif dan metode pembayarannya menggunakan kartu digital. Selain itu, lingkungan hidup di sini juga asri dan minim polusi,” tuturnya.

Rangkaian tahapan yang harus dilalui Ody untuk terbang ke Tanah Kalimantan melalui program PMM Batch 4 pun tidak selalu mulus. Ia menghadapi berbagai hambatan, mulai dari masalah teknis pada situs resmi PMM hingga pemberkasan yang rumit. Namun, tekadnya untuk mengeksplorasi Kalimantan dan bertukar budaya mendorongnya untuk tetap gigih hingga akhirnya dinyatakan lolos seleksi.

Mendulang Kontribusi untuk Loksado

Tak hanya mengikuti kuliah reguler, mahasiswa PMM Batch 4 ULM juga dibekali dengan Modul Nusantara yang terdiri atas empat aktivitas, yaitu Refleksi, Inspirasi, Kebhinekaan, dan Kontribusi Sosial. 

Tutur kisah pun semakin seru kala Ody bercerita pengalaman berharga yang ia dapatkan. Pertama, melalui modul “Refleksi”, Mahasiswa PMM Batch 4 ULM merefleksikan dan menggali makna atau esensi yang terkandung dalam kebudayaan dan kesenian Kalimantan Selatan. Kemudian, “Inspirasi” mewadahi Ody bersama rekannya bertatap muka dan berbincang dengan tokoh-tokoh lokal yang menyumbang dampak besar bagi Kalimantan Selatan.

Selanjutnya, “Kebhinekaan” mengajak Ody dan rekan PMM lain untuk bertandang ke Museum Lambung Mangkurat. Di sana, mereka melakukan observasi dan eksplorasi terhadap kekayaan budaya dan alam Kalimantan Selatan, mulai dari artefak sejarah hingga flora dan fauna khas Kalimantan Selatan. “Kebhinekaan” kemudian dilanjutkan dengan salah satu momen paling berkesan bagi Ody, yaitu saat mereka mempelajari proses pendulangan intan. Dengan penuh antusiasme, Ody menyaksikan bagaimana intan diproses dari bahan mentah hingga menjadi permata berkilauan.

Terakhir, melalui “Kontribusi Sosial” saat berkunjung ke Loksado. Mengingat matahari yang selalu terik di Banjarmasin, Ody justru dikejutkan dengan hawa sejuk Loksado. Terlebih dengan keasrian lanskap alam yang membentang di hadapannya kala melakukan rafting, yaitu menyusuri sungai dengan bambu rakit. Hatinya tersentuh memandang jernihnya air di Loksado.

Menurut Ody sendiri, pengalaman paling memorable yakni ketika terjun langsung dalam kegiatan sosial di Loksado. Saat itu, Ody melakukan Penyuluhan Marketing Kemiri kepada masyarakat lokal. Dengan penuh semangat dan disokong keahlian integrated marketing communication yang dipelajarinya semasa kuliah, Ody mengajarkan desain grafis, ecommerce, dan digital marketing untuk memaksimalkan penjualan Kemiri serta mengasah keterampilan masyarakat. 

Loksado adalah penghasil kemiri yang produktif, tetapi menurut Ody, perputaran jual-beli komoditas ini hanya terbatas di lingkup lokal dan impornya pun dalam bentuk mentah. “Kami mendorong terjadinya inovasi agar komoditas ini bisa diolah dalam bentuk lain, misalnya briket dari cangkang kemiri. Terus, penjualannya selalu melalui pihak ketiga, kami mendorong ekspedisi lokal yang mendistribusikan langsung dari Loksado,” tuturnya.

Menariknya, dosen pengampu Modul Nusantara ini adalah dosen pilihan yang mendalami betul kebudayaan Kalimantan Selatan. “Wah, menurutku banyak banget, sih, yang bisa dipelajari dalam Modul Nusantara,” nada bicaranya terdengar riang.

Gali Inspirasi dengan Kesenian Lokal

       Selama satu semester di ULM, Ody tak cuma mendapatkan pengalaman akademik yang baru, tetapi juga mengeksplor lebih mendalam di bidang kesenian Kalimantan Selatan. Ody antusias menyaksikan festival seni di Taman Budaya yang menampilkan Mamanda, Bapandung dan Japin Cerita. “Aku baru tahu teater Banjar berpentas dengan improvisasi dan bahasa lokal,” kisahnya.

Kontras dengan daerah asalnya, Ody kagum akan riuh kegiatan kesenian di Banjarmasin yang tak hanya dilakoni oleh masyarakat berumur atau senior. “Di sini, aku menyaksikan seni dilakukan oleh berbagai kalangan. Ternyata, meski dalam arus zaman modern, masyarakat Kalimantan Selatan masih melekatkan diri pada budaya lokal dan mempraktikkannya,” ujarnya.

Tak berhenti di festival, Ody juga merasa takjub menyaksikan semaraknya kegiatan kesenian yang dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di ULM. Ia kagum dengan produktivitas Sanggar Marindang dari Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan Fakultas Pendidikan dan Keguruan (FKIP) yang serius dalam latihan untuk pertunjukan seni.

Hal itu menginspirasi Ody untuk lebih aktif dalam UKM kampus asalnya. “Rencananya, aku mau membangun lagi UKM yang aku ikuti. Menurutku, intisari dari mengikuti program pertukaran ini adalah menjadi agen perubahan saat kembali ke daerah asal,” binar wajah semangat mengiringi tekadnya tersebut.

Agen Penerus Kebudayaan

Usai sukses menjalani PMM Batch 4 di ULM, Ody merasakan program ini memberinya kesempatan berharga untuk meningkatkan progres akademiknya di ULM maupun mengeksplor budaya Kalimantan Selatan melalui Modul Nusantara.

Ody juga menambahkan pentingnya mahasiswa untuk mempelajari dan merayakan kekayaan budaya negeri sendiri.  “Menurutku, PMM itu harus dinomorsatukan. Program ini gak hanya tentang pertukaran, tetapi juga melestarikan budaya Indonesia agar tidak runtuh dan memupuk rasa persatuan di antara peserta lintas budaya dan daerah,” tutupnya dengan optimis.

Menekankan bernilainya investasi dalam mengikuti PMM, Ody mengingatkan mahasiswa yang berminat untuk mengikuti batch selanjutnya untuk melakukan persiapan dengan maksimal, misalnya melampirkan berkas dengan teliti dan menjaga Indeks Penilaian Kumulatif (IPK).

(NAU/KAR)