Menengok Penerapan Kurikulum MBKM di FISIP ULM selama Tiga Tahun Ditetapkan

PMM MBKM ULM

Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diusung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi diluncurkan pada awal tahun 2020. Mengutip dari kampusmerdeka.kemdikbud.go.id, lebih dari 1.300 perguruan tinggi di Indonesia telah berpartisipasi dalam penerapan program MBKM, termasuk Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Kini, program tersebut telah dijadikan acuan oleh seluruh fakultas di ULM, salah satunya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang terus menggencarkan penerapan kurikulum tersebut dalam kegiatan perkuliahan.

Kurikulum Baru Hadirkan Peluang Baru

Mengutip dari Buku Panduan MBKM tahun 2020 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), program pembelajaran dalam MBKM meliputi delapan jenis kegiatan, di antaranya: Pertukaran Pelajar, Magang atau Praktik Kerja, Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan, Penelitian atau Riset, Proyek Kemanusiaan, Kegiatan Wirausaha, dan Studi atau Proyek Independen, Membangun Desa atau Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Seluruh program studi (prodi) di FISIP telah menerapkan Kurikulum MBKM sejak tahun 2020, seperti yang disebutkan oleh Yuanita Setyastuti selaku Person in Charge (PIC) MBKM FISIP ULM. Ia menuturkan bahwa semua prodi di FISIP mengganti kurikulum ke Kurikulum MBKM guna memperluas pengalaman mahasiswa. “Pergantian kurikulum ini bertujuan untuk memfasilitasi dan membuka kesempatan lebih luas bagi mahasiswa agar mendapatkan pengalaman di luar kampus,” jelas Yuanita saat diwawancarai langsung pada Senin (10/4).

Sejak diterapkannya kurikulum MBKM, Yuanita mengungkapkan bahwa tiap prodi di FISIP sudah terbilang aktif menjalankannya. “Semua prodi menyambut dengan baik program MBKM dan siap memfasilitasi mahasiswa dalam penerapannya,” ucapnya. Yuanita menjelaskan penerapan program MBKM disesuaikan dengan syarat masing-masing prodi agar hasil yang didapat oleh mahasiswa bisa dikonversi setara 20 Satuan Kredit Semester (SKS) ke mata kuliah. “Konversi harus sesuai dengan outcome learning dari mata kuliah,” tambahnya.

Selain memberikan benefit untuk mahasiswa, Avela Dewi, Ketua Program Studi (KPS) Administrasi Publik mengungkapkan bahwa program MBKM juga berpengaruh pada kemajuan prodi. “Secara tidak langsung akan meningkatkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sehingga dapat memengaruhi akreditasi, baik di tingkat prodi maupun fakultas,” ucapnya saat diwawancarai langsung pada Kamis (6/4). Ia berharap agar program MBKM ini nantinya akan terus berkembang dan peminatnya semakin meningkat.

MBKM sebagai Strategi Ciptakan Lulusan Berkualitas

Persaingan dalam dunia kerja yang semakin ketat dinilai Yuanita sebagai sebuah tantangan bagi para lulusan perguruan tinggi saat ini. “Kualitas lulusan perguruan tinggi saat ini jauh dari yang dibutuhkan di dunia kerja, masih perlu pengalaman lagi” terangnya. Selain itu, kompetensi mahasiswa juga turut diasah melalui pelatihan-pelatihan yang sesuai untuk menunjang perbaikan kualitas lulusan universitas ke depannya. “Sekarang stakeholder Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) turut bersinergi dengan pihak universitas untuk menyokong perbaikan kualitas lulusannya,” jelas Yuanita. 

Melalui upaya meningkatkan kompetensi, program Magang dan Studi Independen (MSIB) menjadi program yang paling digemari mahasiswa, terkhusus FISIP ULM. Yuanita menyebutkan semester lalu ada sekitar 28 mahasiswa FISIP yang ikut dan sebagian besar memilih magang. “Melalui program magang merdeka, mahasiswa diarahkan untuk turun langsung ke lapangan dan mencari pengalaman,” paparnya. 

Seiring dengan meningkatnya peminat program MBKM, seleksi juga mulai dilakukan secara ketat. Dalam hal ini, pihak fakultas pun berupaya untuk mengadaptasi skema-skema program MBKM secara mandiri. “Dalam mengadaptasi skema program unggulan, diperlukan juga biaya yang besar” jelas Yuanita. Ia menambahkan bahwa adaptasi ini bertujuan guna memberikan kesempatan lain untuk mahasiswa yang tidak lolos seleksi MBKM. “Untuk mencapai hal itu, pihak fakultas dan mitra magang perlu membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) kompetensi yang cocok untuk mengontrol kualitas mahasiswa yang diperlukan,” tuturnya.

Prodi sebagai Perantara Informasi

Prodi terus berupaya untuk ikut serta dalam menyokong perkembangan kurikulum MBKM salah satunya dengan cara menyebarkan informasi. Nurul Wahyuni, KPS Administrasi Bisnis mengatakan jika penyebaran informasi mengenai program MBKM diatur langsung oleh tim MBKM. “Saat ini, kegiatan sosialisasi diagendakan langsung oleh tim MBKM tingkat fakultas dan universitas,” ucapnya saat diwawancarai daring, Rabu (26/4). 

Senada dengan Nurul, Avela selaku KPS Administrasi Publik menjelaskan bahwa prodinya telah mengikuti seluruh instruksi fakultas dan universitas dalam menjalankan program MBKM. Untuk memudahkan komunikasi, Avela  menyediakan forum diskusi untuk menghubungkan mahasiswa dari berbagai angkatan. “Kami membuat grup WhatsApp yang mana nantinya informasi dari grup MBKM tingkat fakultas akan diteruskan ke sana,” ujarnya. Tidak hanya itu, Avela menambahkan bahwa prodi sangat terbuka jika mahasiswa ingin berdiskusi secara langsung mengenai program MBKM. 

Sosialisasi Kurang, Evaluasi Diperlukan

Sehubungan banyaknya program yang ditawarkan, alur pelaksanaan kurikulum MBKM dapat diakses di website SIMARI. Hal ini memudahkan KPS untuk melacak keikutsertaan mahasiswa agar tetap terdata dan termonitor sesuai peraturan yang telah ditetapkan. “Pihak universitas, fakultas maupun prodi akan memfasilitasi mahasiswa, asalkan semua metode pengajuan keikutsertaan program telah dijalankan dengan benar,” tegas Yuanita.

Seiring dengan komitmen untuk menyediakan fasilitas dan sosialisasi, mahasiswa justru menilai bahwa upaya prodi belum maksimal. Seperti yang dirasakan oleh Taufik Hidayat, mahasiswa Administrasi Publik 2020. “Sosialisasi dari prodi terbilang jarang, jadi kami harus berinisiatif sendiri dalam pencarian informasi mengenai program tersebut,” tuturnya saat diwawancarai daring, Selasa (18/4).

Taufik menyarankan agar sosialisasi yang dilaksanakan bisa lebih konsisten. “Seharusnya ada fokus khusus untuk sosialisasi mengingat program MBKM baru beberapa tahun belakangan,” ucapnya. Ia juga mengharapkan mahasiswa yang sudah mengikuti MBKM dapat ikut memaparkan pula benefit yang didapatkan agar menarik minat mahasiswa lain untuk mengikuti program yang ada di kurikulum MBKM ini.

Sejalan dengan Taufik, hal yang sama juga diutarakan oleh Zaidan Fadhlani, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2020. Kurikulum yang dijalankan saat ini ia rasa belum efektif karena minimnya sosialisasi lantaran banyak mahasiswa yang belum terpapar informasi program tersebut. “Kami perlu pembekalan terkait informasi kecil yang mendasar. Saya harap pihak kampus juga melakukan evaluasi terhadap mahasiswa yang berpartisipasi, agar tidak hanya sebatas mitra dalam proses mendidik,” tutur Zaidan saat diwawancarai daring, Selasa (18/4).

Terkait keluhan mahasiswa yang merasakan pasifnya arahan dari prodi, Selamat Riadi selaku Dosen Prodi Geografi menuturkan bahwa dari pihak prodi membantu mahasiswa melalui dosen pembimbing sebagai perantara. “Mahasiswa yang berminat harus berdiskusi dengan dosen pembimbing akademik agar mudah dalam menentukan konversi mata kuliah yang sesuai,” jelasnya saat diwawancarai daring, Selasa (18/4). Selamat menambahkan bahwa skema ini bertujuan untuk membantu menuntun mahasiswa sesuai dengan program MBKM yang diikutinya. “Diharapkan manfaat yang didapat oleh mahasiswa lewat program MBKM benar-benar optimal,” tutupnya.

(SUP, ILY, RAY)