Aktualitas @ulmgarislucu Sebagai Media Evaluasi dan Kritik Kinerja ULM

ulmgarislucu

Fenomena akun buzzer di Instagram yang berisi postingan terhadap Universitas Lambung Mangkurat (ULM) serta Badan Eksekutif Mahasiswa ULM (BEM ULM) tengah menjadi sorotan. Pasalnya postingan dalam akun tersebut berisi sindiran terhadap ULM dan BEM ULM. Hal ini yang kemudian menjadi perhatian tersendiri bagi mahasiswa. Di satu sisi, akun tersebut menjadi wadah aspirasi dan evaluasi dari mahasiswa. Namun, di sisi lain pro dan kontra mencuat terkait adanya akun tersebut.

Melalui @ulmgarislucu, admin mengunggah berbagai gambar bertuliskan sindiran yang tertuju kepada pihak kampus. Beragam postingan yang sudah diutarakan tentu mendapat berbagai macam respon dari mahasiswa, seperti yang diungkapkan oleh Asri Alkirani, Mahasiswi Ilmu Komunikasi 2020. Baginya, akun buzzer dapat dijadikan bahan untuk evaluasi. “Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, maka akun buzzer tersebut bisa menjadi bahan evaluasi bagi organisasi ataupun pihak kampus yang bersangkutan. Sebab dilihat dari bentuk kritikannya justru sebagai bentuk ketidakpuasan kinerja dari pihak tertentu,” jelasnya saat diwawancarai secara daring pada Selasa (15/11).

Berbeda dengan pendapat Asri, Bayu selaku Mahasiswa Pendidikan Geografi 2020 menyatakan akun tersebut justru menjadi ajang kritikan dari mahasiswa terhadap kebijakan yang ada di kampus. “Akun kritik berani menyampaikan keluh kesah mahasiswa ULM dengan sarkasme. Sehingga perlu diketahui semua organisasi perlu adanya kitikan untuk menuju lebih baik,” ungkapnya dalam wawancara daring pada Selasa (15/11). Menurutnya, sebaiknya permasalahan yang terjadi dicari tahu terlebih dahulu sebelum mengkritik.

Keberadaan akun buzzer belakangan ini membuat Bagus Setiawan, Ketua Umum DPM ULM ikut memberikan pandangannya terkait hal tersebut. Ia berpendapat bahwa melalui akun tersebut, semua mahasiswa mempunyai hak untuk berpendapat. “Kita ini sedang menerapkan miniatur negara yang menganut sistem demokrasi, jadi saya rasa semua orang bebas memikirkan pendapatnya sesuai kenyamanan masing-masing,” terangnya melalui wawancara daring, Kamis (17/11).

Dari sekian pandangan mahasiswa, akun @ulmgarislucu dinilai sebagai ajang kritikan serta evaluasi kepada pihak yang dituju. Akan tetapi, dari sindiran dan kritikan tersebut, Asri Alkirani berpendapat bahwa akun itu bukan menjadi ajang aspirasi mahasiswa. “Akun @ulmgarislucu pada dasarnya akun meme atau jokes, bukan akun serap aspirasi. Sehingga jika mengritik tidak harus secara tersurat atau formal, melainkan bisa secara tersirat seperti contoh postingan akun tersebut,” tambahnya dalam wawancara secara daring, Sabtu (26/11).

Terkait eksistensi dari username yang benamakan @ulmgarislucu, mahasiswa menyuarakan jika bertuliskan ‘garis lucu’ seharusnya postingan yang termuat mengandung unsur lucu. “Terkait namanya yang berunsur kata ‘lucu’ menurut saya kurang, sebab postingan yang diutarakan lebih ke sindiran. Seperti postingan terkait KIP-K yang menggunakan ponsel mahal”, tutur Arnita Purnama, Mahasiswi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2020, saat diwawancaraisecara daring, Sabtu (26/11).

Menanggapi hadirnya akun buzzer yang juga mengkritik pihak BEM, Rudy Adiguna selaku Wakil Ketua BEM ULM mengatakan bahwa BEM ULM ataupun lembaga lainnya lumrah untuk dikritik. “Selagi kritik tersebut bersifat konstruktif dan susbtansial serta berbasis argumentasi, bukan sentimental secara personal,” ucapnya saat diwawancari secara daring, Rabu (16/11). Baginya, akun tersebut dapat menjadi bahan evaluasi dari kinerja BEM. “Saya menyadari adanya akun ini sebagai reminder dan mitra kritik BEM untuk terus berbenah, mengevaluasi kinerja lembaga dan mengoptimalkan tanggung jawab yang telah diamanahkan,” tambahnya.

Dirinya pun menegaskan BEM ULM tidak akan melakukan tindakan apapun terhadap akun tersebut. “Secara internal lembaga kami akan terus bekerja dan berkarya untuk membuktikan bahwa kita mampu untuk bertanggung jawab terhadap amanah yang telah diberikan. Pada intinya kami beranggapan bahwa adanya akun tersebut adalah bentuk ingin menyampaikan kritik dan aspirasi,” jelasnya. Rudy mengonfirmasi pula bahwa akun buzzer yang dimaksud selama ini belum pernah memberikan informasi hoax atau berita kebohongan lainnya. “Untuk berita hoax atau kontennya saya rasa secara objektif tidak (belum) ada, lantaran isi dari postingan-postingannya pun menurut saya lebih mengarah dan condong pada kritik subjektif dan sentimental terhadap personalnya ataupun lembaganya,” tutup  Rudy.

RAR, DK, AZR