Jelang Kontestasi Politik 2024, KPU Tingkatkan Partisipasi Pemilu melalui Sosialisasi

Sosialisasi Pemilu 2024

Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak tahun 2024, Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU-RI) mengadakan sosialisasi dan pendidikan pemilih pemilu serentak 2024, di Hotel Best Western, Banjarmasin pada Rabu (10/5). Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh perwakilan siswa/i Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Banjarmasin, serta perwakilan mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). 

Pemilih Rasional untuk Pemimpin Ideal

Sebagai bentuk realisasi program kerja dari KPU-RI, KPU Prov. Kalsel tengah gencar menyelenggarakan sosialisasi guna menjangkau seluruh lapisan masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam pemilu serentak 2024. Kegiatan bertujuan agar pemilih nantinya dapat mengetahui hak dan kewajibannya dalam pesta demokrasi. “Kami menyebarluaskan informasi kepemiluan kepada masyarakat untuk meningkatkan antusiasme mereka pada pemilu mendatang,” ucap Edy Ariansyah, anggota KPU Prov. Kalsel, ketika diwawancarai secara langsung, Rabu (10/5).

Peran pemilih dalam pemilu nantinya menjadi perhatian bagi KPU Prov. Kalsel. Terhitung sejak 2023, KPU Prov. Kalsel aktif menyelenggarakan sosialisasi dengan cakupan yang luas, menargetkan pada segmen perempuan, disabilitas, dan masyarakat terluar.  “Kunci kemajuan negara berada di tangan pemilih. Merekalah yang akan menentukan wakil rakyat dari tingkat regional hingga nasional,” tambah Edy. Hal ini didukung dengan pernyataan Dekan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Muhadam Labolo, bahwa dalam pemilu, suara dari masyarakat itu sangat berharga dan terhitung sama. “Pemilih itu dihitung dari suaranya, bukan dari statusnya sebagai apa dan dari mana,” ungkapnya ketika diwawancarai secara langsung, Rabu (10/5).

Pelaksanaan sosialisasi yang menyasar pada golongan muda dirasa perlu untuk kesuksesan pemilu 2024. “Sekarang mayoritas penduduk Indonesia adalah generasi muda. Jadi, mereka harus paham betul hak dan kewajibannya dalam pemilu,” jelasnya. Penyebaran informasi kepada pemilih pemula yang masih awam perihal pemilu dan pemahaman politik menjadi poin utama dari sosialisasi. Meningkatnya level pemilih agar dapat berpikir idealis sebelum menentukan pilihan menjadi harapan utama dari sosialisasi kala itu “Penting untuk menjadikan pemilih emosional menjadi rasional,” tegas Muhadam. 

Cetak Generasi Melek Politik

Guna menghindari instabilitas politik, sosialisasi dihadirkan sebagai siasat untuk meminimalisir kekeliruan paham yang kerap terjadi saat pemilihan berlangsung. Muhadam memandang bahwa penyebarluasan informasi menjadi hal yang penting dan harus diperhatikan. Hal ini dinilai anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai pemilih. “Para pemilih harus peka terhadap hal-hal seperti politik uang (money politic) yang mengganggu sistem politik kita,” jelasnya saat diwawancarai secara langsung, Rabu (10/5).

Salah satu peserta sosialisasi, Rizqa Aulia Rahmah anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Sukma Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari mengakui manfaat dari pelaksanaan sosialisasi tersebut. “Sebelumnya saya belum terlalu paham akan pemilu dan akhirnya melalui sosialisasi ini terbantu untuk memahami mekanismenya,” tuturnya saat diwawancarai secara langsung, Rabu (10/5). Rizqa juga menyerukan kepada rekan sesamanya untuk menyebarluaskan informasi kepada orang sekitar agar lebih melek pemilu. “Jangan sampai kita menjadi Golongan Putih (Golput) pada pemilu serentak 2024 nanti,” ungkapnya.

(LIN, IZA)