Sampah Merajalela di FISIP, Hingga Munculkan Kolam Sampah

Sampah Merajalela di FISIP
Tumpukan sampah di FISIP ULM / Dokumentasi LPM INTR-O

Lingkungan di area Gedung Lama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung mangkurat (FISIP ULM) nampaknya mengalami permasalahan. Terlihat dari berserakannya sampah-sampah hasil kegiatan di FISIP. Tidak hanya berserakan, sampah pun terlihat menumpuk di dekat ruang perkuliahan mahasiswa, yakni Ruang Kuliah 1. Diduga penumpukan tersebut terjadi diakibatkan oleh kuantitas sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan upaya pembersihan sampah yang dilakukan oleh petugas. 

Menumpuk Salah, Dibakar Juga Salah

Berdasarkan pantauan Tim LPM INTR-O, tumpukan sampah nampak memenuhi kolam-kolam di area Gedung Lama FISIP ULM, yang awalnya kolam berisi air aliran sungai, malah menjadi kolam sampah. Penumpukan sampah ini mulai terlihat pada tanggal Senin (18/9) sampai dengan tulisan ini diterbitkan, namun dengan kuantitas sampah yang pasang surut. 

Penumpukan sampah tersebut lantas menuai keluhan dari kalangan mahasiswa yang sering beraktivitas di lingkungan FISIP Lama. Muhammad Iqbal Mahasiswa Geografi 2022, mengutarakan keluhannya terkait aroma menyengat yang tercium saat melaksanakan perkuliahan di Ruang Kuliah 1. “Bau dari tumpukan sampah itu tercium sampai ke ruangan sehingga mengganggu fokus ketika berkuliah,” ucapnya saat diwawancarai secara daring, Selasa (10/10). 

Guna menangani permasalahan sampah yang menumpuk pihak FISIP ULM sebenarnya sudah melakukan upaya penanganan, yakni dengan cara membakar sampah. Pembakaran sampah satu minggu sekali menjadi program utama penanganan yang lazim dilakukan oleh petugas kebersihan. “Biasanya dibakar setiap satu minggu sekali atau tergantung lagi. Jika sampah terlalu menumpuk sebelum satu minggu, maka langsung dibakar saja,” ungkap Alamsyah Yunus, Kepala Bagian Umum FISIP ULM. 

Namun, nyatanya solusi tersebut malah menimbulkan permasalahan baru. Pembakaran sampah yang dilakukan malah menjadikan polusi udara di kampus. Alhasil, bau sampah berganti menjadi bau asap. Diperparah dengan peristiwa kabut asap yang terjadi belakangan ini. Amanda Alycia, Mahasiswa Administrasi Publik 2022 mengaku bahwa bau asap tersebut sangatlah mengganggu aktivitas perkuliahannya sehari-hari. “Asap dari pembakaran sampah itu jadi mengotori udara di area kampus, saya jadi kurang nyaman beraktivitas,” ungkapnya saat diwawancarai via Whatsapp, Senin (9/10).

 Selain berpengaruh pada lingkungan, Apriyan Indra Riswana, Anggota Mahasiswa Pecinta Alam Fisipioneer khawatir jika pembakaran ini berdampak bagi kesehatan warga kampus. “Selain merusak estetika lingkungan kampus, aroma tidak sedap yang disebabkan dari pembersihan sampah ini bisa malah berdampak buruk bagi kesehatan kita,” tuturnya saat diwawancarai via Whatsapp, Selasa (10/10). 

Bagaimana Sistem Pengelolaan Sampah di FISIP?

Persoalan mengenai sampah yang dikeluhkan oleh warga FISIP ULM dijelaskan kembali oleh Alamsyah Yunus, Kepala Bagian Umum FISIP ULM menerangkan bahwa pengangkutan sampah dilakukan secara berkala oleh petugas untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Jalan Cemara. “Sampahnya diangkut menggunakan motor roda pada Jumat sore sesudah jam 15.00 WITA. Sebelum jam itu, TPA tidak menerima sampah,” terang Alamsyah melalui wawancara langsung, Selasa (10/10).

Terkait pembakaran sampah, Alamsyah membenarkan bahwa pihak kampus memang melakukan pemilahan sebelum sampah diangkut ke tempat pembuangan. “Sampah kemasan dikumpulkan dan dijual oleh CS, sisanya biasanya berupa sampah makanan. Agar tidak menimbulkan bau, jadi sampahnya dibakar,” ujarnya. Meski begitu, Alamsyah menegaskan bahwa pihak kampus selalu mengawasi dan berjaga-jaga agar api dari pembakaran sampah itu tidak menjalar ke mana-mana. 

Di samping itu, Alamsyah memaparkan bahwa penumpukan sampah seringkali terjadi di hari Sabtu usai mahasiswa berkegiatan organisasi. “Biasanya akan banyak sampah bekas makanan yang menumpuk. Di hari Sabtu, para cleaning service (CS) hanya bekerja setengah hari,” kilahnya. Ia menambahkan jika sampah yang tersisa tidak dibungkus dengan plastik karena khawatir akan diacak-acak oleh kucing dan hewan lainnya hingga kembali berserakan.

Guna mengatasi keluhan terkait penumpukan sampah, Alamsyah menjelaskan bahwa FISIP ULM akan berencana untuk bekerja sama dengan pemerintah kota Banjamasin untuk penjadwalan pengangkutan sampah setiap harinya. “Tahun depan kami berencana untuk mengadakan angkutan sampah yang bisa digunakan setiap hari,” tutupnya. Melalui program pengangkutan sampah setiap harinya diharapkan dapat mengurangi resiko penumpukan sampah yang sampai dengan saat ini masih menjadi momok tersendiri.

(ADI, MRY)