Wisuda ke-119 ULM Diundur, Mahasiswa Pertanyakan Kebijakan Penetapan Jadwal

Diundurnya jadwal wisuda Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ke-119 menjadi perbincangan belakangan ini. Dalam pemberitahuan yang diunggah pada Rabu (19/7) di akun Instagram @lambungmangkurat, diinformasikan kepada mahasiswa mengenai perubahan jadwal pelaksanaan wisuda dari yang awalnya dijadwalkan pada Kamis (27/6) diundur menjadi Rabu (3/7). Unggahan ini pun menuai cibiran dari mahasiswa dan calon wisudawan yang terdampak pengunduran wisuda. 

Saling Ungkap Kekecewaan

Menanggapi perihal jadwal pelaksanaan wisuda yang diundur, para calon wisudawan turut mengungkapkan kegelisahan mereka yang telah mempersiapkan banyak hal dalam menyambut momen yang telah lama ditunggu. Seperti disampaikan oleh Erika Aulia Wulandari, calon wisudawati dari Program Studi (Prodi) Administrasi Publik Angkatan 2020 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ULM yang mengaku kecewa dengan pengunduran jadwal wisuda ini, pasalnya hal ini juga pernah terjadi sebelumnya.  “Saya sangat kecewa karena wisuda telah dibatalkan dua kali. Kekecewaan ini timbul karena pihak kampus seperti kurang menghargai usaha mahasiswa yang telah mempersiapkan wisuda jauh-jauh hari dengan jadwal yang ditetapkan terakhir kalinya pada 27 Juni,” ungkapnya saat diwawancarai secara online, Kamis (20/6).

Ungkapan kekecewaan tak hanya datang dari calon wisudawan, melainkan dari keluarga calon wisudawan yang turut merasa dirugikan. Aulia, salah satu keluarga dari calon wisudawan yang juga pernah menjadi Mahasiswa Prodi Administrasi Publik Angkatan 2017 FISIP ULM mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan berkaitan dengan materil yang merugikan. “Saya jadi harus mengatur ulang cuti kerja, merelakan uang transport pesawat yang tidak bisa di-refund/reschedule penerbangannya, dan mencari ulang hotel lain yang tersedia pada tanggal tersebut. Banyak yang harus diatur ulang dan memakan biaya lebih banyak,” ucapnya saat diwawancarai secara online, Selasa (25/6). 

Selain dari kerugian materil, dampak lain yang dirasakan adalah mengenai kehadiran orang tua di hari wisuda yang menjadi tidak pasti karena beberapa kali terjadi pengunduran. Seperti disebutkan oleh Erika mengenai orang tuanya sendiri yang kemungkinan tidak bisa berhadir karena terlanjur cuti di hari lain. “Orang tua saya yang sudah mengajukan cuti untuk tanggal tersebut dan telah disetujui oleh pihak kantor, sehingga tidak bisa dibatalkan atau diubah harinya. Saya juga merasa sedih karena kemungkinan keluarga saya tidak bisa hadir di acara wisuda,” tuturnya. 

Di Balik Pengunduran Wisuda

Pengunduran jadwal wisuda yang tidak hanya terjadi sekali ini memiliki berbagai pertimbangan dan faktor yang melatarbelakangi sehingga diputuskan untuk pengubahan tanggal. Nieke Rezeki Febriantie selaku Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan ULM memaparkan terkait pertimbangan pengunduran wisuda yang berasas dari tiga faktor, yang pertama adalah terkait mahasiswa senior yang belum selesai menyelesaikan keperluan studinya. “Mahasiswa senior, terutama angkatan 2017, harus menyelesaikan studinya di semester genap ini. Jika wisuda dilaksanakan sesuai jadwal awal, mereka tidak akan sempat menyelesaikan ujian skripsi mereka tepat waktu,” jelasnya dalam wawancara via telepon WhatsApp, Sabtu (22/6). Selain mahasiswa angkatan 2017, Nieke menambahkan masih ada sekitar 60 calon wisudawan sedang dalam proses ujian skripsi dan penginputan nilai. “Mengingat jumlahnya yang cukup banyak, pihak universitas memutuskan untuk menunda wisuda agar semua mahasiswa tersebut dapat menyelesaikan proses akademiknya,” tukasnya.

Selanjutnya, faktor yang pertimbangan adalah terkait jumlah pendaftar wisuda yang masih sedikit dibandingkan kuota yang disediakan. Nieke mengatakan jumlah pendaftar wisuda ini akan berkaitan dengan biaya operasional. “Kuota wisuda yang disiapkan adalah 1200, tetapi hingga (19/6), jumlah pendaftar baru mencapai sekitar 600. Jumlah ini dianggap masih sangat sedikit. Selain itu, operasional biaya untuk wisuda tetap sama, baik untuk jumlah peserta yang sedikit maupun banyak, sehingga penundaan ini juga mempertimbangkan efisiensi biaya,” tambahnya. Terkait faktor yang terakhir, Nieke mengatakan bahwa  pertimbangan ini berkaitan dengan kondisi dan kehadiran Rektor ULM. “Rektor baru saja kembali dari ibadah haji pada (25/6). Jika wisuda dilaksanakan pada (27/6), rektor belum sempat istirahat maksimal setelah menjalani ibadah yang cukup lama,” timpalnya. 

Kampus Umumkan Jadwal Lebih Awal

Dari dampak yang dikeluhkan sebab pengunduran ini, pihak universitas telah mencoba melakukan berbagai cara untuk meminimalisir dampak yang akan terjadi. Nieke mengungkapkan ada berbagai upaya yang telah dilakukan seperti pengumuman pada jauh-jauh hari. “Pengumuman penundaan wisuda dilakukan dari jauh hari sebelumnya. Dalam kasus ini, pengumuman penundaan wisuda dikeluarkan pada (19/6), sehingga calon wisudawan yang sudah memesan hotel atau tiket perjalanan masih memiliki waktu untuk mengatur ulang rencana mereka. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian dan ketidaknyamanan bagi para calon wisudawan,” tuturnya. 

Lebih lanjut, pihak universitas juga menghindari penundaan wisuda yang terlalu lama karena dikhawatirkan akan menghambat mahasiswa mendapatkan ijazah. “Awalnya ada opsi untuk menggabungkan wisuda ke-119 ini dengan jadwal di bulan Agustus, kami memutuskan untuk tidak melakukannya karena tidak ingin calon wisudawan menunggu terlalu lama,” tambahnya. Langkah terakhir yang dilakukan pihak universitas adalah  pemberitahuan jadwal di awal tahun. “Universitas telah mengeluarkan jadwal wisuda di awal tahun, yang mencakup tujuh kali wisuda dalam setahun. Jadwal ini diumumkan agar mahasiswa dapat merencanakan dengan baik dan tidak merasa dirugikan jika ada perubahan,” tuturnya. 

Harapan Terkait Kebijakan

Keputusan mengenai pengunduran jadwal wisuda ini pun menuai tanggapan dan harapan yang disampaikan untuk perbaikan kedepannya. Erika sebagai calon wisudawan berharap ke depannya kebijakan bisa lebih melihat dari sudut pandang mahasiswa. “Semoga ke depannya pihak universitas bisa lebih mempertimbangkan usaha para mahasiswa, lebih mendengarkan aspirasi dan keluhan mahasiswa, serta tidak mengambil keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangkan kerugian yang dialami mahasiswa,” ungkapnya.

Menanggapi hal ini, Nieke juga menyampaikan harapannya agar bisa menjalin komunikasi yang lebih baik lagi antara mahasiswa dengan pihak universitas. “Kami berharap dapat meningkatkan komunikasi dengan mahasiswa terkait jadwal dan kebijakan wisuda. Dengan memberikan informasi yang jelas dan tepat waktu, kami berharap mahasiswa dapat memahami alasan di balik setiap keputusan yang diambil dan dapat merencanakan segala sesuatunya dengan lebih baik,” tuturnya. Ia juga menyebutkan terkait jadwal wisuda yang selalu diumumkan di awal tahun dan informasinya bisa diakses semua mahasiswa. “Harapannya mahasiswa lebih sering memeriksa jadwal kegiatan universitas ini melalui sistem informasi mahasiswa atau media sosial universitas untuk mendapatkan informasi terbaru,” tambahnya.

Kemudian mengenai pelaksanaan wisuda ke depannya, Nieke berharap jumlah pendaftar akan bertambah sehingga kuota peserta dapat terpenuhi. “Pemenuhan kuota ini penting untuk efisiensi operasional dan biaya, serta untuk memastikan bahwa lebih banyak mahasiswa dapat merasakan momen wisuda. Terakhir, kami juga berharap kegiatan wisuda ke depannya dapat berjalan lancar dan teratur,” tutupnya.

(ILY, MBA)