Getaran gempa melanda wilayah Banjarmasin dan sekitarnya, Jumat (22/3). Getaran terjadi sebanyak dua kali, yakni pada pukul 12.22 WITA dengan Magnitudo 6, kemudian disusul getaran dengan skala yang lebih tinggi yaitu Magnitudo 6,5 pada pukul 16.52 WITA. Dikutip dari www.bmkg.go.id, pusat gempa berada di Laut Timur Laut Tuban, Jawa Timur. Meski berpusat di wilayah Jawa Timur, getaran gempa turut terasa hingga di beberapa wilayah Kalimantan Selatan, tak terkecuali kawasan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat (FISIP ULM) Banjarmasin yang lantas menimbulkan berbagai reaksi.
Getaran Sempat Membuat Heran
Adanya guncangan gempa cukup mengejutkan bagi masyarakat di wilayah Kalimantan lantaran wilayah tersebut terbilang jarang mengalami gempa bumi. Hal ini selaras dengan pengakuan Raudhatul Jannah, Mahasiswa Administrasi Bisnis 2023, yang mengutarakan keheranannya atas fenomena ini. “Saya kaget, agak heran juga tiba-tiba Kalimantan ada gempa. Saya rasa ini baru pertama kalinya Kalimantan mengalami gempa,” tuturnya saat diwawancarai secara online, Minggu (24/3).
Komentar senada turut diutarakan oleh mahasiswa yang baru pertama kali menemui situasi gempa di Kalimantan, Dwi Lestari, Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2023. Ia mengaku terkejut lantaran baru merasakan getaran saat gempa susulan. “Getaran gempa sangat terasa sehingga saya pun panik dan langsung berlari keluar rumah sebagai refleks,” ungkapnya saat diwawancarai secara online pada Sabtu (23/3).
Imbas di Tengah Perkuliahan
Gempa yang terjadi tidak hanya menimbulkan keterkejutan, tetapi juga berimbas pada proses perkuliahan yang saat itu sedang berlangsung. Fidia Nur Zahra, Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2022 mengungkapkan situasi kelas menjadi panik ketika merasakan getaran gempa. “Setelah menyadari ada gempa, kami kebanyakan panik dan memilih keluar kelas, tetapi sedikit terhambat karena bergerombol di sekitar pintu,” ucapnya saat diwawancarai online, Sabtu (23/3).
Lebih lanjut, Fidia juga membagikan langkah yang ia ambil di tengah keriuhan pasca merasakan adanya getaran gempa. “Pertama saya mencoba untuk menenangkan diri, membaca situasi, dan ikut keluar karena berbahaya jika menetap di dalam kelas. Setelah itu baru mencari tanah lapang atau space yang tidak ada atapnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.
Selain mengganggu perkuliahan yang sedang berlangsung, adanya gempa ini juga berdampak pada aktivitas lain di wilayah kampus. Seperti diungkapkan Cintadinda Kajoltriana, Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2021 yang saat itu sedang melangsungkan rapat. “Cukup was-was saat gempa terjadi, apalagi kemarin kami rapatnya di Gedung Baru FISIP yang tinggi bertingkat,” tutur Cintadinda saat diwawancarai online, Senin (25/3). Kondisi ini pun diakui Cintadinda berakibat pada dibubarkannya rapat dan kegiatan lain termasuk perkuliahan yang saat itu sedang berlangsung. “Setelah gempa, rapat langsung dibubarkan dan kelas-kelas lain juga diberhentikan karena khawatir akan ada gempa susulan,” tambahnya.
Potensi Gempa dari Perspektif Ahli
Menanggapi perihal kekhawatiran yang terjadi akibat adanya getaran gempa yang melanda Banjarmasin, Efrinda Ari Ayuningtyas selaku Dosen Geografi FISIP ULM pun menuturkan pandangannya. Ia mengklaim bahwa kondisi wilayah Kalimantan Selatan memang relatif aman, tetapi bukan berarti tidak memiliki potensi terjadinya gempa. “Penyebab utama gempa adalah pergerakan lempeng atau tektonisme, sementara Kalimantan memiliki sesar (patahan di permukaan bumi) aktif yang dapat menyebabkan gempa,” jelas Efrinda saat diwawancarai online, Sabtu (23/3). Ia juga menganalogikan proses terjadinya gempa, yakni seperti menggendong beban yang semakin berat, di mana energi yang ditumpuk akan dilepaskan sewaktu-waktu hingga menyebabkan getaran gempa.
Selanjutnya, Efrinda juga menyinggung mengenai alasan getaran gempa dapat dirasakan di wilayah Banjarmasin meskipun titik pusatnya bukan berada di Kalimantan. Ia menyebut, hal itu disebabkan karena sifat gelombang gempa yang merambat melalui benda padat. “Gelombang gempa merupakan hasil dari energi yang dilepaskan saat terjadi gempa. Ketika gelombang tersebut merambat melalui benda padat, seperti kerak bumi, getarannya dapat dirasakan di wilayah yang jauh dari pusat gempa,” tuturnya. Efrinda menambahkan bahwa karakteristik geologi dan topografi yang berbeda-beda akan mengakibatkan getaran gempa dapat merambat dan terasa berbeda di setiap wilayah, tergantung pada jenis tanah dan batuan yang ada di daerah tersebut.
Terjadinya getaran gempa disebutkan oleh Efrinda lantas dapat menyebabkan berbagai dampak di wilayah yang merasakan getaran. “Dampak dari gempa meliputi kerugian materi, kerusakan infrastruktur, hingga korban jiwa dan luka-luka,” tuturnya. Tidak hanya dampak pada saat kejadian, Efrinda juga menerangkan dampak jangka panjang yang bisa ditimbulkan. “Bencana alam ini juga bisa menyebabkan trauma psikologis bagi korban, kerugian ekonomi yang besar, dan perubahan sosial di masyarakat terdampak,” tambahnya.
Menurut Efrinda, tidak menutup kemungkinan bahwa Kalimantan memiliki potensi terjadinya gempa berkelanjutan karena adanya sesar aktif yang dapat menyebabkan gempa di kemudian hari. “Ada tiga sesar aktif, yang pertama yaitu sesar Meratus yang ada di sepanjang Pegunungan Meratus sebelah timur Kalimantan Selatan hingga ke Kalimantan Timur, yang kedua sesar Mangkalihat yang ada di Kalimantan Tengah, dan yang terakhir yaitu sesar Tarakan di Kalimantan Barat sampai Kalimantan Utara,” jelasnya.
Mengingat potensi terjadinya gempa yang berkelanjutan, Efrinda pun memberikan pesan kepada masyarakat untuk selalu siap menghadapi kemungkinan terjadinya gempa. “Gempa tidak bisa diprediksi kapan dan seberapa besarnya sehingga kesiapan serta kesadaran masyarakat sangat penting dalam menghadapi situasi bencana alam ini,” tegasnya. Menurut Efrinda, langkah-langkah preventif dan reaktif yang tepat dapat membantu mengurangi kerugian serta meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh gempa di masa mendatang. “Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai dampak gempa dan potensi terjadinya gempa berkelanjutan, diharapkan masyarakat dapat lebih siap dan responsif dalam menghadapi bencana alam yang tidak bisa diprediksi ini,” pungkasnya.
(LEV, LYN, ILY)
Leave a Reply