Meninjau Perkembangan Prodi Geografi di FISIP ULM Pasca Isu Pemindahan

Berselang dua tahun sejak mencuatnya isu pemindahan Program Studi (Prodi) Geografi pada Senin (7/11/2022) lalu, kini Prodi Geografi mulai menunjukkan perkembangan positif di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Setelah melalui berbagai pertimbangan, Prodi Geografi telah resmi tetap menjadi bagian dari FISIP ULM.

Titik Terang pasca Isu Pemindahan

Polemik terkait wacana pemindahan Prodi Geografi dari FISIP ke fakultas lain sudah menemukan titik terang. Hal ini disampaikan oleh Iwan Aflanie, Wakil Rektor I Bidang Akademik ULM. “Sampai saat ini tidak ada lagi wacana untuk pemindahan, Prodi Geografi harus tumbuh dan menjadi bagian dari FISIP,” tegasnya saat diwawancarai secara daring, Kamis (17/10).

Keputusan untuk mempertahankan Prodi Geografi di FISIP didasari oleh berbagai pertimbangan, termasuk keinginan untuk menjaga stabilitas prodi. Disampaikan juga oleh Muhammad Efendi selaku Dosen Geografi, bahwa hal ini didukung dengan tingginya kebutuhan akan keilmuan geografi saat ini. “Geografi memiliki peluang besar untuk berkembang lebih jauh di masa depan, salah satunya dapat dilihat dari banyaknya formasi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tersebar untuk lulusan bidang ini,“ ungkapnya saat diwawancarai secara daring, Minggu (20/10).

Lebih lanjut, Efendi berpendapat bahwa keberlanjutan Prodi Geografi dapat terus didorong dengan memperkuat penelitian dan pengembangan terkait keilmuan ini. “Dengan mengembangkan penelitian mengenai topik-topik yang relevan dengan kondisi geografis Kalimantan serta tantangan global, upaya dari pihak kampus untuk memastikan keberlangsungan dan perkembangan Program Studi Geografi akan semakin berdampak positif bagi universitas, masyarakat, dan kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia,” jelasnya.

Masih Terkendala Fasilitas dan Dana

Meski telah menemui titik terangnya, upaya untuk terus mengembangkan Prodi Geografi sejauh ini tak luput dari beberapa kendala. Aulia, Mahasiswa Geografi 2022, menyampaikan adanya keterbatasan fasilitas yang terdapat di laboratorium prodi. “Laboratorium kami kekurangan alat-alat modern yang dibutuhkan untuk analisis lingkungan, geomorfologi, dan GIS (Geographic Information Systems),” ujarnya saat diwawancarai secara daring (16/10).

Selaras dengan penuturan mahasiswa, Ghinia Anastasia Muhtar selaku Ketua Program Studi (KPS) Geografi juga mengakui bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi, terutama terkait pendanaan praktikum. “Geografi mengadakan praktikum sekitar 70-80% dari total kegiatan akademiknya dan biayanya tidak ter-cover sepenuhnya oleh UKT,” terangnya saat diwawancarai secara langsung, Rabu (16/10). Alif Luthfian Hakim, Mahasiswa Geografi 2023, juga mengakui adanya biaya tambahan untuk kegiatan praktikum juga menjadi kendala bagi mahasiswa. “Masalah biaya tambahan untuk praktikum memang dirasa cukup memberatkan, karena dari semester 2 lalu, kami mulai banyak penelitian-penelitian dan praktikum ke lapangan. Tentu semuanya memerlukan self-funded yang tergolong tidak ramah di kantong mahasiswa,” ungkapnya saat diwawancarai secara daring, Selasa (22/10).

Meski menghadapi tantangan terkait biaya dan fasilitas, pihak prodi terus berusaha mengatasi permasalahan tersebut. Ghinia menyampaikan bahwa prodi merasa terbantu dengan adanya kebijakan baru, yakni penyerahan dana dari universitas yang langsung diberikan kepada masing-masing prodi. “Kebijakan baru ini memungkinkan dana dari universitas langsung diberikan kepada masing-masing prodi. Kami juga berupaya meminimalisir biaya praktikum dengan cara melakukan praktikum sekali kegiatan ke lapangan dengan mencakup beberapa mata kuliah sekaligus dan membuat praktikum dalam bentuk workshop agar lebih efisien,” sambungnya.

Muhammad Efendi juga menyampaikan bahwa Prodi Geografi telah menunjukkan komitmen dalam mendukung kegiatan belajar melalui berbagai upaya. “Kami melakukan kegiatan lapangan yang intensif dan kolaborasi dengan berbagai instansi seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta berbagai lembaga lainnya telah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman praktis dan data lapangan yang relevan,” ujarnya.

Upayakan Peningkatan Akreditasi

Dalam upaya mendorong keberlangsungan Prodi Geografi, KPS Geografi menyatakan akan berfokus pada peningkatan akreditasi prodi yang saat ini belum mencapai status unggul dan berupaya mendukung mahasiswa untuk meningkatkan prestasi. “Sekarang kami sudah mulai memberikan dukungan perlombaan dengan persetujuan dari FISIP. Tentu kami ingin tetap mempererat hubungan baik dengan fakultas terkait kegiatan perkuliahan di Prodi Geografi yang diharapkan akan lebih baik lagi,” ucap Ghinia.

Efendi juga menanggapi bahwa keunikan ULM yang unggul dalam riset dan teknologi lahan basah memberikan nilai tambah signifikan bagi Program Studi Geografi. “Dengan mengembangkan riset yang lebih mendalam dan inovatif dalam bidang ini, program studi dapat menjadi pusat unggulan untuk studi dan solusi terkait lahan basah, yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat lokal, tetapi juga berkontribusi pada pengetahuan dan kebijakan global,” tuturnya.

Harapan Para Civitas Akademika Geografi

Mahasiswa Prodi Geografi ULM mengungkapkan harapan yang tinggi untuk peningkatan kualitas prodi. Aulia juga menambahkan harapannya sebagai mahasiswa agar kampus meningkatkan fasilitas pendukung perkuliahan yang lebih lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan prodi. “Harapan saya, kampus dapat memperbaiki fasilitas pendukung seperti laboratorium, perpustakaan, dan ruang kelas,” ungkapnya. Alif juga menambahkan harapannya terkait dukungan dana dari pihak kampus untuk meringankan mahasiswa dalam kegiatan praktikum lapangan. “Semoga pendanaan mahasiswa dalam tugas penelitian atau praktikum lapangan dapat diringankan, mengingat biaya yang diperlukan cukup banyak,” tuturnya.

Para dosen pun menaruh harapan besar pada prospek bidang geografi yang terus berkembang, terutama dalam menghadapi tantangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. “Sebagai satu-satunya prodi Geografi di Kalimantan, prodi ini memiliki potensi besar untuk ‘naik kelas’ dan berkembang menjadi fakultas tersendiri,” ujar Efendi. Di akhir wawancara, Efendi menyerukan bahwa kesempatan ini menjadi momentum yang baik untuk memperluas bidang keilmuan dengan membuka program studi baru yang relevan, seperti Geografi Lingkungan, Geografi Pariwisata, dan Sistem Informasi Geografis.

(VEY, ANA, HAS)