Prodi Antropologi Raih Penghargaan, Gencar Siapkan Pembukaan Tahun Ajaran Baru

Pendirian Program Studi (Prodi) Antropologi di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) diresmikan pada Agustus 2024 lalu. Kendati belum resmi memulai Tahun Ajaran 2025/2026, Prodi ini telah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas “Pendirian Program Studi Antropologi dengan Dukungan Ilmuwan Antropologi Mancanegara Terbanyak”. Menjelang penerimaan mahasiswa baru, persiapan Prodi Antropologi ULM dalam aspek tenaga pengajar, kurikulum, dan fasilitas menjadi sorotan oleh banyak pihak.

Kilas Balik Pendirian Prodi Antropologi

Dikutip dari ulm.ac.id, rencana pendirian Program Studi Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ULM disampaikan oleh Rektor Ahmad Alim Bachri dalam seminar regional “Merawat Adat dan Kebudayaan Kalimantan dalam Perubahan Zaman dalam Rangka Meneguhkan Keragaman Etnik dan Budaya dalam ke-Indonesiaan” pada (21/12/2023) silam.

Lebih jauh, gagasan pendirian Prodi Antropologi di ULM muncul sejak tahun 2008. Ahmad memaparkan pendirian prodi baru ini tidak hanya untuk kepentingan reputasi akademik semata, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan akan penelitian ilmiah mendalam tentang karakteristik khusus masyarakat Kalimantan dengan lingkungan lahan basah. Sebab, sejauh ini penelitian Antropologi yang secara khusus mengkaji masyarakat lahan basah di Kalimantan masih terbatas.

Hal ini juga diamini oleh Setia Budhi, salah satu dosen yang akan mengajar pada Prodi Antropologi nantinya. “Kalimantan kaya dengan budaya, adat, dan interaksinya. Melihat hal tersebut, kami terdorong melahirkan prodi ini di FISIP,” tutur Setia saat diwawancarai secara langsung, Selasa (11/3). 

Di samping itu, Ahmad juga menyoroti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berpotensi menciptakan transformasi budaya. Ia menekankan pentingnya mempertahankan peradaban dan budaya di tengah perkembangan zaman. “Dalam kajian akademik dan keilmuan, pertahanan yang bersifat defensif dan internal adalah dengan cara mensosialisasikan, memelihara dan memaparkan, serta mempertahankan karena budaya itu sesungguhnya adalah adat. Generasi-generasi baru perlu untuk mengerti secara konseptual tentang budaya dan peradaban suatu etnis tertentu,”pungkasnya.

Setelah perjalanan panjang, pada tahun 2024 Prodi Antropologi resmi didirikan  berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 557/E/O/2024, tertanggal 12 Agustus 2024. 

Tak sampai setahun, pada Jumat (7/3) akun Instagram @fisipulm mengumumkan bahwa Prodi Antropologi berhasil mendapatkan Rekor MURI kategori ilmu pengetahuan dan teknologi, “Pendirian Program Studi Antropologi dengan Dukungan Ilmuwan Antropologi Mancanegara Terbanyak”, dengan nomor Rekor 12136.

M. Arif Rahman Hakim selaku Ketua Program Studi (KPS) Antropologi mengungkapkan bahwa Pencapaian tersebut diraih atas inisiatif dari salah satu Dosen Prodi Antropologi, Tony Rudyansjah untuk menghubungi total 32 kolega antropolog dari berbagai negara, termasuk Eropa dan Australia. “Ada dosen Antropologi yang berinisiatif menghubungi kolega Antropolog luar negeri untuk meminta dukungan mendirikan Prodi Antropologi, dengan meminta pendapat mereka terkait pentingnya pendirian Prodi Antropologi di ULM, hingga terkumpul ada sekitar 32 orang Ahli Antropolog dari mancanegara,” ungkap Arif saat diwawancarai secara langsung, Selasa (11/3). 

Arif mengemukakan bahwa raihan Rekor MURI tidak hanya untuk meningkatkan daya saing akademik, tetapi juga turut membantu memperkenalkan citra ULM sebagai universitas yang inovatif dan juga berprestasi. “Hal yang terpenting itu setidaknya Prodi Antropologi ULM mengenalkan Antropologi Kalimantan ini ke tingkat mancanegara,” ungkap Arif.

Kesiapan Menjelang Penerimaan Mahasiswa Baru

Sebagai program studi yang baru diresmikan, Antropologi ULM kini tengah bersiap menyambut mahasiswa angkatan pertamanya, dengan dukungan akademik yang kuat serta pengakuan dari berbagai pihak. Deretan tokoh Antropolog ternama dari luar negeri seperti Anna Tsing dari Universitas California, Bryon J. Good professor of Medical Anthropology, Timo Kaartinen dari University of Helsinki Finland, Ketevan Gurchiani dari Illia State University, Andrew Bryon Kipnis dari University of Hongkong, Margaret J. Wiener dari University of North Carolina USA, Marko Mahin, hingga MA Antropolog Dayak dari Universitas Indonesia, ikut mengapresiasi pendirian Prodi Antropologi ULM.

Berbagai langkah telah disiapkan demi memastikan kelancaran proses belajar mengajar, termasuk dalam aspek penerimaan mahasiswa baru. Arif menjelaskan penerimaan mahasiswa baru tersebut akan dibuka melalui tiga jalur, yaitu Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), dan jalur mandiri. Adapun kuota mahasiswa akan segera diumumkan di akun Instagram resmi Prodi Antropologi ULM.

Lingkup belajarnya pun mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dari budaya, sosial, hingga lingkungan. Misalnya, Etnografi Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito, Etnografi DAS Pegunungan Meratus, Etnofotografi, Etnovideografi, Etnografi Kalimantan, Etnobotani Pangan dan Kuliner, Antropologi Lahan Basah, Perubahan Iklim dan Bencana Alam, Antropologi Kolaboratif, Kajian Masyarakat Adat, Menulis Kreatif dan Etnografi, hingga Perubahan Iklim dan Bencana Alam.

“Pembelajaran tetap mempertahankan standar akademik, akan tetapi ada penekanan lebih besar pada mata kuliah berbasis proyek. Mahasiswa akan sering terjun langsung untuk tinggal dan berinteraksi dengan komunitas yang mereka teliti, hal ini sejalan dengan metode Antropologi yang menekankan Studi Etnografi langsung di tengah masyarakat,” jelas Arif.

 Di samping kurikulum, tenaga pengajar juga sudah direncanakan dengan baik.  “Untuk tenaga pengajar, kami melibatkan dosen dari FISIP ULM dengan latar belakang Antropologi. Selain itu, kami juga menyiapkan dosen baru di luar ULM dan menggandeng mitra lain untuk bekerja sama,” ungkap Arif.

Saat ditanya mengenai fasilitas, Arif menjelaskan kegiatan belajar mengajar serta ruangan prodi Antropologi akan berada di Gedung Lama (GL) FISIP ULM. Ia juga menambahkan ada rencana untuk membangun laboratorium khusus untuk kepentingan praktik Antropologi.

Strategi Pengembangan Prodi Antropologi 

Pengakuan Rekor MURI atas Prodi Antropologi dapat menarik banyak mahasiswa dan peneliti dalam kajian Antropologi di Kalimantan dan meningkatkan reputasi ULM, yang juga akan mendorong rencana pengembangan prodi baru ini. “Adanya rekor MURI ini menjadi salah satu strategi awal untuk Prodi Antropologi, dengan lebih banyak orang tahu, minat calon mahasiswa juga akan meningkat,” tutur Arif.

Selain itu, agar lebih relevan dengan tantangan multidisiplin di dunia akademik dan profesional, Prodi Antropologi diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan prodi atau universitas lain hingga antar provinsi untuk berbagi pengetahuan. “Ke depannya, kami akan menjalin mitra dengan prodi lain, baik dalam maupun luar provinsi untuk saling berbagi pengetahuan, selaras dengan sistem pembelajaran sekarang yang saling bekerja sama untuk membantu dan memahami permasalahan,” tutur Arif.

Sebagai awal dari sepak terjang, Setia menjelaskan Prodi Antropologi ULM akan menjadi tuan rumah kegiatan Asosiasi Departemen/Jurusan Antropologi Indonesia (ADJESI) tahun ini. Menurutnya, ini merupakan peluang untuk memperluas jejaring akademik dan menarik perhatian nasional. “Hal ini menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa yang akan mendaftar di Prodi Antropologi ULM, jadi kita bisa melakukan sosialisasi mengenai prodi baru ini nantinya,” pungkas Setia.

Hadirnya Antropologi sebagai program studi baru di FISIP ULM menuai tanggapan antusias serta harapan dari mahasiswa. Ayesha Adara Huwaida, Mahasiswa Administrasi Publik 2023 berharap agar Prodi Antropologi ini terus berkembang dan memberikan kontribusi untuk masyarakat. “Harapan saya terhadap prodi ini adalah agar terus berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam dunia akademik, sosial, dan memberikan manfaat kepada masyarakat,” tuturnya saat diwawancarai secara daring, Rabu (12/3).

Senada dengan harapan mahasiswa, Arif pun menekankan kembali visi Prodi Antropologi untuk menjadi unggulan nasional dalam kajian transformasi masyarakat lahan basah, mencetak lulusan berwawasan budaya dalam berbagai bidang kerja, memiliki pemahaman keilmuan yang kritis, humanis, berwawasan kebangsaan, serta menempatkan nilai-nilai lokal sebagai dasar dalam pengembangan keilmuan dan praktik Antropologi.

 “Saya berharap prodi ini bisa dikenal oleh khalayak luas dan mulai dikembangkan kajiannya agar dapat berguna untuk kemajuan kebudayaan dan sumber daya manusia yang ada di Kalimantan Selatan,” pungkas Arif. 

(MRS, AZH, INA)