Pemilihan Umum (pemilu) tahun 2024 menjadi salah satu momen penting dalam sejarah negara Indonesia, di mana setiap suara memiliki peran kunci dalam menentukan arah masa depan. Sebagai generasi muda yang berpendidikan tinggi, mahasiswa memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan politik negara dengan mengambil peran aktif sebagai agen perubahan. Mahasiswa memiliki tanggung jawab dalam membangun masa depan yang lebih baik melalui pemilihan pemimpin berdasarkan visi yang sesuai dengan aspirasi dan nilai-nilai masyarakat.
Peran mahasiswa dirasa krusial untuk terlibat aktif dalam proses politik. Reki Nasar Abrar, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat (FISIP ULM) 2023, mengungkapkan bahwa penting sekali bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum 2024. “Mahasiswa sudah punya suara dan sudah berhak untuk memilih. Sangat disayangkan jika suara kita tidak digunakan pada Pemilu 2024,” ucapnya saat diwawancarai secara daring pada Selasa (12/8).
Guna mengetahui lebih lanjut tentang peran dan partisipasi mahasiswa menjelang Pemilihan Umum 2024, Tim LPM INTR-O telah mewawancarai Apriansyah, salah satu Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat (FISIP ULM) pada Rabu (13/8). Berikut hasil wawancaranya:
Seberapa penting peran mahasiswa dalam Pemilihan Umum 2024?
60% suara dari pemilih milenial, berpengaruh sangat signifikan dalam menentukan calon legislatif dan presiden yang akan datang. Penting bagi calon pemula atau generasi milenial untuk membuat pilihan yang sejalan dengan perkiraan dan kebijakan generasi mereka dalam lima tahun mendatang. Sinkronisasi dan kesesuaian antara visi calon pemimpin dengan harapan generasi milenial merupakan kunci utama. Implementasi kebijakan dalam lima tahun ke depan akan sulit dan tidak akan memenuhi kebutuhan generasi milenial jika tidak terjadi keselarasan atau terdapat perbedaan pandangan,
Apa faktor-faktor utama yang memengaruhi minat partisipasi mahasiswa dalam Pemilu 2024?
Faktor-faktor ini tergantung pada persepsi mereka terhadap politik, apakah mereka melihat politik sebagai sesuatu yang terpisah dari kehidupan mereka atau sebagai bagian integral dari eksistensi mereka. Jika seseorang menganggap politik sebagai bagian integral dari identitas dan masa depannya, motivasinya untuk aktif dalam politik akan lebih tinggi karena meyakini bahwa politik berpengaruh pada arah kehidupan mereka.
Bagaimana seharusnya sikap dan kontribusi mahasiswa dalam menyambut Pemilu 2024?
Mahasiswa seharusnya mempersiapkan diri secara fisik dan mental dengan mengikuti kampanye dari semua calon sehingga dapat mendengar beragam sudut pandang. Penting bagi mahasiswa untuk hadir dalam kampanye semua calon, melakukan perbandingan, dan penyaringan informasi. Melalui cara ini mereka dapat membuat keputusan yang lebih rasional saat mencoblos sehingga dapat menghindari penyesalan di kemudian hari. Hal ini sekaligus memastikan bahwa pendapat mereka terdengar dengan jelas dan benar saat mereka memilih.
Bagaimana peran institusi pendidikan dalam meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi pemilih generasi muda?
Melalui pengajaran mata kuliah yang berbasis politik, mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan politik dasar. Peran lembaga mahasiswa juga penting, di mana mereka dapat mengadakan dialog, seminar, lokakarya, atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan politik. Saat ini, perguruan tinggi memiliki fasilitas untuk mengadakan pertemuan dengan calon legislatif, presiden, atau kepala daerah tanpa membawa atribut partai atau calon sesuai dengan aturan Mahkamah Konstitusi.
Saran atau strategi yang dapat mendorong mahasiswa untuk berperan aktif dalam Pemilu 2024?
Ada beberapa strategi untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam politik. Pertama, ada strategi mendorong pemilih pemula untuk lebih terlibat dalam isu-isu politik. Kedua, strategi kelembagaan, yang melibatkan institusi seperti perguruan tinggi, partai politik, Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU) dalam memberikan edukasi dan pemberdayaan kepada pemilih pemula. Ketiga, yaitu strategi pencerdasan dan peningkatan dalam wacana politik melalui media sosial, tulisan, dan konten multimedia di platform seperti YouTube dan Instagram.
(NSW)
Leave a Reply